Minggu, 18 Januari 2009

strawberry on the shortcake

bukan cerpen. Hanya berpikir, mungkin blog ini lebih tidak dibaca orang lain. Tidak orang-orang yang ingin saya beritahukan, well, tidak sekarang.

Strwaberry on the short cake.

Kalau disuruh memilih sepotong kue stroberi, dan kamu sangat-sangat suka stroberi, mana yang akan kamu makan lebih dulu? Stroberi dulu baru makan kue, dibagi setengah-setengah dulu, atau menyisakan untuk saat-saat terakhir?

Ditanya berapa kalipun, aku akan jawab: Makan stroberi dulu. Sampai habis.

Semua hal, sampai detik terkecil, pasti punya makna. Mungkin hanya kebiasaan aku aja yang memakan enak-enak lebih dulu, tapi di suatu tempat dalam pikiran, pasti ada alasan terbaik untuk itu semua.

Jawaban bodoh aku mungkin hanya "Yah, kalo dimakan ntar-ntar trus ada gempa atau bencana tiba-tiba, stroberinya bisa ga kemakan donk?"

aku berharap jawaban itu cukup memuaskan. Tapi ada kalanya aku cuman tertegun.

"Manusia bahkan kadang terlalu tolol untuk memahami perasaannya sendiri"

Dan manusia tolol yang lain, mencoba meyakinkan diri kita bahwa dia tahu tentang kita

Bahwa. Dia. Tahu. Apa. Yang. Aku. Rasa.

Stupid. Satu-satunya alasan kenapa makan stroberi lebih dulu adalah karena aku terlalu sibuk mengambil yang penting-penting dulu. Dan aku tidak begitu saja membuang yang tidak enak, sisa kue akan aku makan sampai habis. Yakin.

Aaaah, sampai di sini lagi-lagi dinding itu muncul. Ah, malas meneruskan. Lama-lama blog ini seperti tempat sampah saja.


Houi, kamu, manusia di luar sana! Kamu mau makan yang mana dulu?
Jangan ragu mengambil stroberi...

dan andaikan aku ini hanya sepotong kue sisa, paling tidak, aku pernah berada di suatu tempat yang sama dengan stroberi. Meski dia di atasku dan terlihat lebih menarik mata, paling tidak....kamu pernah melihatku dan menilai sebelum memutuskan mana yang akan kamu makan duluan.


Yosh, stroberi. Jangan ragu.